Workshop Exit Strategy Desa Cerdas 2024 yang digelar di Golden Flower Hotel, Bandung, pada 28 November hingga 1 Desember 2024, menjadi momen penting dalam menyusun roadmap pengembangan desa berbasis teknologi. Acara ini dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan yang berdiskusi aktif untuk mewujudkan desa cerdas di Indonesia. Sebanyak tiga narasumber utama memberikan materi mendalam terkait pengembangan konsep desa cerdas.
Narasumber pertama, Pri Anton Subardio, memaparkan materi tentang Konsep Desa Cerdas dari Kemendesa. Ia menekankan pentingnya integrasi teknologi dalam tata kelola desa untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Menurutnya, Desa Cerdas mencakup enam aspek utama, yaitu masyarakat cerdas, ekonomi cerdas, tata kelola cerdas, lingkungan cerdas, kehidupan cerdas dan mobilitas cerdas. Contoh sukses seperti Desa Ponggok, Desa Sokawera, Desa Melung, Desa Mandalamekar ditampilkan sebagai inspirasi untuk penerapan skema ini.
Selanjutnya, Irfan Rachmady membahas Kepmen No. 55 Tahun 2024 yang menjadi panduan umum pengembangan desa cerdas. Materi ini menjelaskan regulasi yang mengarahkan desa dalam pengelolaan sumber daya berbasis digital, termasuk dukungan program Bakti Kominfo untuk konektivitas internet di wilayah terpencil. Regulasi ini menjadi acuan penting bagi pemerintah daerah dalam mendorong transformasi desa.
Materi ketiga diisi oleh Arief Yudansha yang membahas Ruang Komunitas Digital Desa (RKDD) sebagai inti bisnis desa cerdas. RKDD difokuskan sebagai pusat literasi digital, inovasi, dan pemberdayaan masyarakat desa. Arief memaparkan bahwa RKDD dapat mendukung berbagai sektor, seperti pendidikan, kesehatan, dan pertanian, melalui teknologi.
Diskusi juga menyoroti pentingnya branding desa melalui konten digital. Peserta diberikan pemahaman tentang pengembangan produk digital desa dan pentingnya pengelolaan media sosial untuk menarik wisatawan. Strategi ini diharapkan meningkatkan perekonomian lokal melalui promosi online.
Selain itu, peserta diajak untuk memahami indikator evaluasi pengembangan desa cerdas. Penekanan diberikan pada edukasi aparatur desa untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam memanfaatkan teknologi. Langkah ini penting untuk memastikan keberlanjutan program desa cerdas.
Workshop diakhiri dengan penyusunan Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL) yang konkret. Rekomendasi dari narasumber mencakup pelatihan literasi digital dan penyediaan perangkat teknologi yang merata di seluruh desa. Peserta membawa pulang panduan yang siap diaplikasikan di daerah masing-masing.
Melalui strategi kolaboratif ini, Desa Cerdas diharapkan mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat, mengurangi kemiskinan, dan menjadi pusat inovasi berbasis digital di masa depan. Workshop ini menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta mampu membawa desa Indonesia menuju era digitalisasi.